“mengungkap aib cinta dari curahan hati sang penyair cinta”
KEPINGAN MOZAIK LAMA
(Ditulis Juli 2013)
Ketika
hati ini telah terpaut terhadap seorang hamba, maka tak ada halangan, keraguan
yang ada dalam hati ini untuk melangkah mengorbankan untuk kebahagiannya. Aku
pun tak tahu kenapa aku bisa menjadi wanita yang sekuat ini dalam mencintai aku
pun tak tahu apakah kelebihan dari dirinya sehingga hati ini susah untuk
melihat keburukan dari dalam dirinya dan aku pun tak tahu keyakinan yang
kumiliki bahwa dia yang terbaik, apakah itu berasal dari allah taukah aku hanya
mengikuti nafsuku semata. Entahlah, hanya allah Azza wajallah yang mengetahui
semuanya.
Aku tulus, ikhlas mencintainya
karena allah. Hati ini seakan-akan sudah mengakar dalam hati dan susah untuk
mencabutnya. Ini semua berawal dari cinta monyet, suka-sukaan dan terjadi
kurang lebih 8 tahun silam. Saat itu aku duduk di kelas 5 SD. Aku selalu
bersaing dengannya. Dia anak yang pintar dan dia menjadi saingan terberatku
saat itu. Aku duduk berseblahan dengannya, mungkin dia bisa tetapi aku tak
biasa dengannya. Terasa ada bisikan dan ada seseorang yang sengaja menanamkan
rasa itu dalam hati ini. Mungkin itu yang namanya cinta monyet, yaah itu cinta
monyet tetapi lama kelamaan cinta itu tumbuh menjadi monyet yang indah dan
semakin hari semakin mengakar.
Dia “the
first love” cinta pertama. saat itu aku masih sering bermain dengannya, bercanda riah menikmati indahnya masa kanak-kanak. Dentingan waktu terus berputar, Setahun berlalu kami pun lulus tahun 2007 dan dia melanjutkan sekolahnya
disebuah pesantren dan aku sendiri ke sekolah negeri yang ada didekat rumah.
Sempat berfikiran mungkin perasaan ini hilang karena terpisah oleh jarak dan
waktu. Menganggap ini hanyalah cinta monyet, cinta masa kanak-kanak tetapi
itu salah…namun itu semua tertepiskan oleh waktu dan rasa. pertengahan semester di sekolah menengah pertama. Entah setan apa yang merasuki
jiwa ini. diri ini memberanikan untuk mengirimkannya surat. Dibantu oleh seorang
sahabat disebrang desa ini. Aku berjalan kaki sekitar 500 M dari rumah
menyebrang kekampung sebelah yaitu di kampung
“Melenium”
sekitar ba’dah duhur, berjalan sendirian
ditengah teriknya matahari.
Matahari
pun memandangiku, dan hempasan angin disetiap detiknya menjadi saksi awal kisah
cinta ini. Matahari pun terasa dingin, karena mereka bersenandung ria untuk ku.
Sesampai disana aku pun menyampaikan maksud dan tujuanku datang. Ini berhubung
diantara aku, sahabatku dan sidia itu sempat mempunyai masalah sepele. Dulu
kami berpura-pura memusuhi dia bersama temannya. Berminggu-minggu kami
menjauhinya, mungkin dia tak sadar tapi kita sangat menyadari itu semua. Dulu
aku bersikap aneh pura-pura marah, entah kenapa. Tetapi mungkin karena dihati
ini sudah ada perasaan lain. Saat itu aku masih awam yang soal perasaan. Nah, itulah salah satu alasan untuk
mengiriminya surat permintaan maaf kepadanya. Saat itu aku dan sahabatku
berjalan kesuatu tempat yang tak jauh dari rumah sahabatku. Disanalah kami
mendiskusikan tentang surat permintaan maaf dan bagaimana caranya surat itu
sampai ketangannya. Setelah lama berdiskusi kami mendapatkan ide. Aku kembali
kerumah dan langsung menuliskan surat permintaan maaf, bukan hanya surat yang
aku berikan kepadanya. Sebuah pulpen snowman hitam dan satu kalung, kemudian
aku memasukkan kedalam dos bekas lampu dengan balutan bungkusan kertas berwarnah putih dan aku gambar diats
kertas itu sebuah gambar “ LOVE”. Aku menulis surat itu tanpa beban dan begitu
polos kata-kata yang saya tuliskan dalam
surat itu. Maklumlah saat itu aku masih di bangku SMP kelas 1.
Aku tak tahu cara menyampaikan surat
itu, jarak yang membuat segalanya menjadi susah. Niat yang baik pasti mendapat
jalan dan kemudahan. Kebetulan teman kelasku bernama zafron bertempat tinggal
tidak jauh dari pesantren dimana dia bersekolah. Nah, kuberikan surat dan kado itu kedia, dan
dia pun mengaku mengenalnya dan sering bermain bareng. Sepulang sekolah saya
memeberikan surat dan kado itu. Berharap apa yang kuberikan itu tersampaikan
kepadanya. Entahlah… apakah dia menerima surat dan kado itu atau tidak. Sampai
sekarang akupun tak tahu kepastian surat itu, feelingku mengatakan surat dan
kado itu gagal tersampaikan. Mungkin temanku yang mengambilnya (heheh).
Jarak dan waktu membuat perasaan ini terkikis dengan
sendirinya. Aku melupakannya tetapi itu hanya sejenak. Terkadang dirinya hadir
seketika dalam bayanganku dan seketika pula lenyap. Isi hati ini kutuangkan
dalam sebuah buku diary kado pemberian seorang sahabtku. Adinda Nurul namanya. Lembaran isi yang masih ku ingat sampai saat ini ketika
diri ini ingin bertemu dengannya diacara tujuh belasan (Hari merdeka). Setiap
tujuh belasan dirinya hadir karena dirinya aktif dalam organisasi pramuka. Dia
sangat cinta organisasi terutama bidang kepramukaan. Hati ini tak sabar menanti
hari itu, meski tak menyapa satu sama lain, senyum sudahlah cukup mengobati
jiwa yang merana karena cinta. Tibalah
hari itu, hari kemerdekaan dan tepatnya untukku hari memerdekakan hati. Namanya
juga ABG, pikiran rasional pun belum seimbang. Tiap hari aku datang
diperkemahan yang jaraknya tidak jauh dari rumah. Alhamdulillah allah mengijabah
do’aku, aku pun melihat dirinya disebuah lapangan dengan pakaian lengakap
pramuka. Sontak hati ini kaget, panas dingin mengguyur tubuh ini seketika,
getaran dihati semakin keras. Apakah ini tandanya aku jatuh cinta dengannya?
Inilah cinta.
Tergopoh-gopoh diri ini dengan darah yang mendidih sampai keubun-ubun berlarian menuju rumah dan
bercermin melihat diriku yang begitu gugup tak menyangka bisa melihat dirinya.
Setahun tak ketemu, rasa itu muncul.
Inilah hatiku yang terpaut erat
untuknya. Saat itu aku menyadari bahwa
aku telah merasakan cinta dihati ini. Senyum tersipu malu ketika aku
membayangkan kisah 8 tahun yang lalu. inilah ungkapan aib cinta dari sang penyair cinta. Inilah kepingan mozaik memoar lama.
1 komentar:
cinta itu mesti pelihara kan? biar gak berubah jadi benci. hmmm
tulisannya keren tapi kesulitan membacanya karena jenis hurufnya seperti tulisan tangan.hehehe. good luck
Posting Komentar