DUA JAM, JUDUL PUN BELUM LAHIR
(27/08/2014)
Ruangan yang sejuk dengan beberapa otak kepala yang sedang
beradu aktifitas di sebuah ruangan yang luas bercat putih, ruangan yang
dipenuhi deretan buku berjejer disetiap penjuru ruangan ini. Ada buku filsafah,
ekonomi, kesehatan dan ribuan jenis buku yang menarik tapi tak mengundang
perhatianku. Ku berjalan terus memandangi setiap gerakan partikel di ruangan
ini, beberapa pasang mata sesekali memandangiku mendengarkan dendangan sepatu
disetiap langkah. Tujuan nya bergabung bersama mereka, namun entah kenapa ada
gaya magnet yang menarikku berbelok kekanan. Atmosfernya tidak jauh berbeda diluar
ruangan itu. Ku tarik pintu itu secara perlahan agar tak menimbulkan suara”
treeeet… “ suara pintu, aku tak berhasil mendiamkan pintu itu. Mata ku tertuju
kepada semua orang-orang yang ada diruangan itu. Ada aturan yang harus dipatuhi
sebelum melangkahkan kaki. Mengisi administrasi. Sepasang bola mata tertuju
pada 4 rak berjejer masing-masing 5 tingkat setiap raknya. Nampaknya bacaan
yang menarik, tak ada yang menyentuhnya rupanya. Kucoba memegangmu seraya dirimu mengatakan
sesuatu kepadaku, kamu pun berbisik aneh kepadaku. Kudekatkan telinga ini
sedekat mungkin mencoba berdialog dengan mu, kucoba mengerti, aku pun kelabakan.
Kamu mempunyai teman-teman. Ada fajar, jaya karta, kompas, harian ekonomi
neraca, pelita, pedoman rakyat, suara pembaruan, suara karya, surya, republika dan mimbar. Semua sangat menarik
hati aku pun jatuh hati pada kalian namun kalian punya tampilan luar yang sama,
baunya, warna dan tubuhmu sangat eksotis. Kau ada begitu lama sejak tahun 1985
sampai 2014. Woow….. luar biasa eksistensimu untuk kami dan tepatnya untuk saya
sendiri. Kumulai paham apa yang kau bisikkan kepadaku ternyata kau mengatakan”
Take me out”, ku tertawa kecil ada kontak batin yang terjalin diantara kita.
kumerasa tak layak berdiri dihadapanmu. Kuperlahan memberanikan diri
memegangmu, kamu pun tersenyum kepadaku menandakan kamu pun menyukaiku.
Kumelirik-lirik yang mana yang cocok untukku. Apakah diantara kalian adalah
jodohku? Kumenggumah. Entah kenapa kedua tangan ini tak sengaja menyentuh kulit
mu yang tak beridentitas. Fajar, kompas ataupun surya mencoba memanggilku denga
rayuan yang menggoda. Namun hati ini tak bergeming melirihmu.
Kau yang berwarna hijau berbis biru ,
“bismillah”. Kujatuhkan pilihanku
kepadamu. Bermula karena kau tak beridentitas seperti yang lain. Kumulai
mencoba mengenal mu
ternyata namamu adalah identitas “surat kabar kampus”. Terpelongok diriku ini
“kau bernama identitas” tapi kau tak beridentitas. Ku coba pahami dirimu seluk
belukmu. Dialog ini semakin menyenangkan kau pun mulai mengenalmu dan kita
semakin cocok apakah ini tandanya kita berjodoh. Hati kecilku bergumang “ yaa…
tentu”. Waah… ternyata dirimu adalah masa laluku. Dimana diriku pernah mencoba
memasuki kehidupanku. Namun kau menolakku secara mentah-mentah. Ternyata kita
berjodoh “hehehe”, senangnya dalam hati
masa lalu yang pahit dengan
berbalut kekecewaan kini kau sendiri memanggilku. “ surat kabar kampus”. UNHAS.
Ada cerita panjang yang akan menguak kekecewaan tentang sang almamater merah.
Cukup ini kisah hari ini tentang diriku membaca surat kabar tahun 1980-an dan
cerita tentang sang almamater merah ada ruang, waktu dan objek tersendiri.
0 komentar:
Posting Komentar