Sabtu, 11 Oktober 2014



DUA JAM, JUDUL PUN BELUM LAHIR

(27/08/2014)

Ruangan yang sejuk dengan beberapa otak kepala yang sedang beradu aktifitas di sebuah ruangan yang luas bercat putih, ruangan yang dipenuhi deretan buku berjejer disetiap penjuru ruangan ini. Ada buku filsafah, ekonomi, kesehatan dan ribuan jenis buku yang menarik tapi tak mengundang perhatianku. Ku berjalan terus memandangi setiap gerakan partikel di ruangan ini, beberapa pasang mata sesekali memandangiku mendengarkan dendangan sepatu disetiap langkah. Tujuan nya bergabung bersama mereka, namun entah kenapa ada gaya magnet yang menarikku berbelok kekanan. Atmosfernya tidak jauh berbeda diluar ruangan itu. Ku tarik pintu itu secara perlahan agar tak menimbulkan suara” treeeet… “ suara pintu, aku tak berhasil mendiamkan pintu itu. Mata ku tertuju kepada semua orang-orang yang ada diruangan itu. Ada aturan yang harus dipatuhi sebelum melangkahkan kaki. Mengisi administrasi. Sepasang bola mata tertuju pada 4 rak berjejer masing-masing 5 tingkat setiap raknya. Nampaknya bacaan yang menarik, tak ada yang menyentuhnya rupanya.  Kucoba memegangmu seraya dirimu mengatakan sesuatu kepadaku, kamu pun berbisik aneh kepadaku. Kudekatkan telinga ini sedekat mungkin mencoba berdialog dengan mu, kucoba mengerti, aku pun kelabakan. Kamu mempunyai teman-teman. Ada fajar, jaya karta, kompas, harian ekonomi neraca, pelita, pedoman rakyat, suara pembaruan, suara karya, surya,  republika dan mimbar. Semua sangat menarik hati aku pun jatuh hati pada kalian namun kalian punya tampilan luar yang sama, baunya, warna dan tubuhmu sangat eksotis. Kau ada begitu lama sejak tahun 1985 sampai 2014. Woow….. luar biasa eksistensimu untuk kami dan tepatnya untuk saya sendiri. Kumulai paham apa yang kau bisikkan kepadaku ternyata kau mengatakan” Take me out”, ku tertawa kecil ada kontak batin yang terjalin diantara kita. kumerasa tak layak berdiri dihadapanmu. Kuperlahan memberanikan diri memegangmu, kamu pun tersenyum kepadaku menandakan kamu pun menyukaiku. Kumelirik-lirik yang mana yang cocok untukku. Apakah diantara kalian adalah jodohku? Kumenggumah. Entah kenapa kedua tangan ini tak sengaja menyentuh kulit mu yang tak beridentitas. Fajar, kompas ataupun surya mencoba memanggilku denga rayuan yang menggoda. Namun hati ini tak bergeming melirihmu.
       Kau yang berwarna hijau berbis biru , “bismillah”.  Kujatuhkan pilihanku kepadamu. Bermula karena kau tak beridentitas seperti yang lain. Kumulai mencoba mengenal mu ternyata namamu adalah identitas “surat kabar kampus”. Terpelongok diriku ini “kau bernama identitas” tapi kau tak beridentitas. Ku coba pahami dirimu seluk belukmu. Dialog ini semakin menyenangkan kau pun mulai mengenalmu dan kita semakin cocok apakah ini tandanya kita berjodoh. Hati kecilku bergumang “ yaa… tentu”. Waah… ternyata dirimu adalah masa laluku. Dimana diriku pernah mencoba memasuki kehidupanku. Namun kau menolakku secara mentah-mentah. Ternyata kita berjodoh “hehehe”, senangnya dalam hati  masa lalu yang pahit dengan berbalut kekecewaan kini kau sendiri memanggilku. “ surat kabar kampus”. UNHAS. Ada cerita panjang yang akan menguak kekecewaan tentang sang almamater merah. Cukup ini kisah hari ini tentang diriku membaca surat kabar tahun 1980-an dan cerita tentang sang almamater merah ada ruang, waktu dan objek tersendiri.

0 komentar:

Posting Komentar