Sabtu, 14 Desember 2013

KARENA DIRI INI MANUSIA
(“waterearth_goes”)

Langkah tak berujung
Kegagalan tiada henti
Kelelahan, keletihan tak pernah redah
Berteriak aaahhhh….!
Lepaskan belenggu ini dari hidupku
Lepaskan aku dari cengkraman gelapnya dunia
Tuhan berikan cahayamu….
Gerakkan langkahmu menuju peristirahatan terakhir
Agar aku bisa tenang dan tak melihat lagi sibuknya urusan dunia
Aku bukan malaikat….
Aku bukan syetan…
Yang bisa hidup tanpa beban
Yang hanya menjalankan amanah, tetapi diri ini adalah manusia, manusia putus asa
Hidup dalam kegelapan dunia yang berusaha mencari titik terang sebuah kebahagiaan dengan kebebasan hidup.




JUTAAN DOSEN BERPERANG DALAM PIKIRAN MAHASISWA
(“waterearth_goes”)

Duduk sejenak membayangkan rutinitas yang tertumpuk dalam sebuah kesendirian di perpustakaan daerah. Rutinitas yang membuat mahasiswa lelah, lelah akan peradaban, lelah akan amanah yang tak berujung.
Mahasiwa kata yang bermakna luar biasa untuk dimiliki setiap manusia.
Mahasiwa sebagai penggerak, Mahasiwa sebagai generasi muda bangsa.
Tetapi tahukah engkau bahwa aku adalah mahasiswa yang lelah akan sebuah peradaban, lelah akan sebuah pemikiran, lelah akan sebuah aktivitas kemahasiswaan.
Tahukah engkau mahasiswa selalu punya hubungan erat dengan dosen, hubungan yang membodohkan diri ini, hubungan yang memberontakkan diri ini bukan karena sebuah tugas yang tak berujung tetapi sebuah amanahnya yang tak dijalankannya
MENGAPA DEMIKIAN?
Dosen yang bertitle Master  guru besar dan  mengajarkan banyak hal tetapi terkadang  mereka hanya terlena dan menari-nari dengan jabatan nya, mereka tak tahu bahwa mereka punya amanah, amanah untuk menyampaikan ilmu mastrenya tetapi apa yang didapatkan mahasiswa? Pembodohan, pemberosan waktu, materi dan tenaga.
MENGAPA DEMIKIAN?
Kami hanya diperbudak dengan pembeyaran SPP/Semester diberikan tugas setinggi gunung Himalaya  dan memberikan waktu belajar yang tak cukup dikelas
Mereka hanya asyik dengan uangnya, sekolahnya diluar negari dan asyik dengan popularitasnya. Dan kami hanya sebagai alat untuk menganggap dirinya sebagai seorang dosen.




PERPUSTAKAAN PUN MENANGIS
(“waterearth_goes”)

Tertata rapi dirimu dalam kaca yang indah, tak berdebu, tak kusut dan tetap tegak. Kau menanti rombongan  manusia yang akan menghampiri dirimu. Kau selalu berpenampilan rapid an menawan agar dirimu diminati dan dilirih oleh manusia-manusia yang haus dalam dunia membaca. Tapi sayang dirimu hanya sebagai hiasan sebuah kaca yang berderet-deret indah, tak ada yang menjamah maupun menyapa dirimu. Kemana mereka? Apakah mereka tak tahu keberadaan mu atau mereka pura-pura tak mengenal dirimu? Kau tetap tegar menanti kami untuk datang walaupun hanya sekedar menyapa. Kesejukan dengan putaran angin yang melambai-lambai di dinding atap melengkapi keberadaan mu sedih rasanya melihat dirimu. Kau dicetak untuk memperkaya ilmu kami, kau di hiasi  cover warna-warni untuk membahagiakn kami. Tetapi mengapa kami tak jua menghampiri mu?  Padahal dirimu tak berbeda dengan mereka-mereka yang tercetak tapi mereka jauh lebih beruntung dibandingkan dirimu. Mereka terpampang di kaca keramain  manusia, dipusat persinggahan kami, sedangkan dirimu berada di sudut kota tak terlihat oleh  kasat mata. Hanya gerakan hati yang terpancar cahaya koneksimu yang bisa melirikmu, dan hari ini aku pun melirik dan menyentuh mu kau begitu indah dan sangat berbeda dengan mereka yang tercetak di pusat keramaian kota, keberadaan mu yang membuatmu berbeda dari cetaka-cetakan yang lain “ Cetakan Buku Di Perpustakaan Balai Penelitian Makassar”