CINTA DALAM SECANGKIR TEH
Musim hujan menderai desa
ini, desa kecil sederhana namun penuh kenangan cinta dan kehangatan kasih
sayang. Selimut, secangkir teh makanan berminyak mungkin yang di butuhkan untuk
melengkapi deraian hujan yang nikmat ini.
Pita
hijau dengan kaos berwarna-warni berlenggok-lenggok diatas panggung
menjadi tontonan yang menarik bersama secangkir teh hangat. Alunan lagu
keroncong bercampur koplo dangdut berbaur menjadi satu bait lagu, yang
liriknya menceritakan tentang gadis yang tak mampu berucap dengan
cintanya hanya sorotan mata dan hatinya lah yang mampu menerjemahkan ada cinta
yang hakiki yang perlu ia bebaskan dari padang cinta yang gersang.
Hanyut dengan musim dangdut,
terlenakan dengan liriknya yang menyentuh, membuatnya tersadar begitu ia sangat
mencintai sesosok yang jauh disana disebrang desa kecil ini.
Secangkir
teh menjadi saksi kehangatan rindunya kepada sesosok bayangan berkopiah,
berjenggot tipis tersenyum tertunduk malu seraya berkata “aku mencintaimu
karena Allah”. Secangkir teh yang hangat pun tak kuasa mendengar lafas cinta
dari sesosok bayangan itu. Kehangatan teh pun redup kemudian
perlahan membeku dalam kedinginan menjadi secangkir es teh yang jauh
lebih nikmat dihirup dimusim ini. Tak peduli secangkir teh hangat atau pun
secangkir es teh di musim dingin ini karena itu tetap saja kusebut dengan
teh dalm cangkir. Hangat dan dingin teh itu adalah variasi rasa dalam
mencintaimu.