Selasa, 07 Januari 2014

CINTA DALAM SECANGKIR TEH

Musim hujan menderai desa ini, desa kecil sederhana  namun penuh kenangan cinta dan kehangatan kasih sayang. Selimut, secangkir teh makanan berminyak mungkin yang di butuhkan untuk melengkapi deraian hujan yang nikmat ini.
Pita hijau dengan kaos berwarna-warni berlenggok-lenggok  diatas panggung menjadi tontonan yang menarik bersama secangkir teh hangat. Alunan lagu keroncong bercampur koplo dangdut berbaur menjadi satu  bait lagu, yang liriknya menceritakan tentang gadis yang tak mampu berucap  dengan cintanya hanya sorotan mata dan hatinya lah yang mampu menerjemahkan ada cinta yang hakiki yang perlu ia bebaskan dari padang cinta yang gersang.
Hanyut dengan musim dangdut, terlenakan dengan liriknya yang menyentuh, membuatnya tersadar begitu ia sangat mencintai sesosok yang jauh disana disebrang desa kecil ini.
Secangkir teh menjadi saksi kehangatan rindunya kepada sesosok bayangan berkopiah, berjenggot tipis tersenyum tertunduk malu seraya berkata “aku mencintaimu karena Allah”. Secangkir teh yang hangat pun tak kuasa mendengar lafas cinta dari sesosok bayangan itu. Kehangatan  teh pun redup kemudian perlahan  membeku dalam kedinginan menjadi secangkir es teh yang jauh lebih nikmat dihirup dimusim ini. Tak peduli secangkir teh hangat atau pun secangkir es teh di musim dingin ini karena itu tetap  saja kusebut dengan teh dalm cangkir. Hangat dan dingin teh itu adalah variasi rasa dalam mencintaimu.