PENERAPAN IQ, EQ DAN SQ DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Pada
awal abad ke-20, IQ pernah menjadi isu besar. Kecerdasan intelektual atau
rasional adalah kecerdasan yang digunakan untuk memecahkan masalah logika
maupun strategis. Para psikolog menyusun berbagai tes untuk mengukurnya, dan
tes-tes ini menjadi alat untuk memilah manusia ke dalam berbagai tingkatan
kecerdasan, yang kemudian dikenal dengan istilah IQ (intelligence Quotient)
yang dapat menunjukkan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Semakin tinggi IQ
seseorang maka semakin tinggi pula kecerdasannya. (Sumber: Buku “kecerdasan Emosional”
karangan: Daniel Goleman)
Di
era sekarang ini IQ adalah hal utama dalam dunia kependidikan, hampir sebagian
besar siswa dan mahasiswa mengutamakan hal tersebut. Misalnya saja para
siswa-siswa sekarang ini hanya mengejar nilai tinggi menghalalkan berbagai cara
untuk mendapatkannya, kecurangan pun terjadi persaingan kualitas nilai
meningkat dan kualitas kemampuan(kecerdasan) pun menurun. Bukan hanya terjadi
dikalangan siswa saja tetapi ini kerap terjadi oleh para mahasiswa yang hanya
mengutamakan kuantitas daripada kualitas dan akhirnya terciptalah generasi
abstrak, low skill, dan menjadi sarjana pengangguran. Oleh karena itu, dalam
meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya satu aspek yang ditanamkan dalam
sistem pendidikan, tetapi harus mencakup 3 aspek sehingga menghasilkan
pelajar-pelajar yang berkarakter, cemerlang, inovatif dan mandiri.
3 ASPEK TERSEBUT YAITU:
1.
IQ
(intelligence Quotients)
Ialah kecerdasan
akademisi yang dimiliki oleh setiap manusia yang mendominasi dalam sisi
berfikir, kemampuan dalam penalaran, perencanaan sesuatu, belajar dan lainnya. adalah
kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. Contohnya: anak yang
mampu menguasai beberapa bahasa, mampu menguasai di bidang berpolitikan, dunia
memasak, bermusik dan lainnya.
2.
EQ
(emotional Quotients)
Kecerdasan
emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk “mengontrol” emosi dan
mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif. Seorang yang mampu
mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi
manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi.
Menurut Daniel Golleman EQ, berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995)
berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran
rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan
intelektual atau “Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran
emosional digerakkan oleh emosi.
Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994)
menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 %
dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut
Kecerdasan Emosional. Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ
mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ
tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan
kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk
menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat. Contohnya: mampu mangatur suasana
hati, tetap ceriah meskipun dalam menghadapi masalah, selalu berprasangka baik
terhadap suatu hal yang terjadi dan mampu membangun sifat optimisme dalam diri.
http://www.4gus3.wordpress.com
3.
SQ (spritual Quotients)
Kecerdasan
spiritual ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat
internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada
di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam
versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi
terkapling-kapling sedemikian rupa. http://www.4gus3.wordpress.com Kecerdasan spiritual
lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber-SQ tinggi mampu memaknai
penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah,
bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia
mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. Contohnya:
selalu melihat dengan kacamata positif dalam setiap musibah yang dihadapinya
dan menganggap bahwa setiap masalah adalah cobaan dari tuhan, ikhlas dan selalu
bersyukur dalam segala hal, dan selalu memaknai disetiap permasalahan.
Ketiga
aspek tersebut mampu menciptakan para pemikir-pemikir yang hebat dan tetap maju
meskipun dalam kondisi yang krisis. Penggabungan antara pengendalian kecerdasan
emosi dan spritual sehingga mampu tercapainya keseimbangan antara diri sendiri,
lingkungan dan tuhan. Berikut coontoh cerita agar dapat lebih memahami
perbedaan antara IQ, EQ dan SQ.
Immawati,
seorang mahasiswa semester 3 yang nilainya selalu A di semester 1 dan 2 dan
salah satu mahasiswa teladan, di salah satu kampus swasta di makassar bercita-cita
mendapatkan beasiswa di universitas harvard amerika serikat. Tetapi, hasnawati
latief dosen writtingnya memberi nilai C, karena yakin dengan nilai C akan
menghambat dirinya mendapat beasiswa di harvard, maka immawati ini mendatangi
dosennya dengan kemarahan yang hebat tak terkendali akhirnya immawati menampar
dosen tersebut.
Dari
cerita tersebut membuktikan bahwa, mengapa anak yang cerdas mampu melakukan
tindakan yang tidak rasional.ini disebabkan karena tidak adanya harmonisasi
antara kecerdasan otak dan dalam mengendalikan emosional ini dipengaruhi karena
lemahnya spritual yang dimiliki ank tersebut. Sehingga untuk sekarang ini
sebagai calon pendidik ataupun para pendidik harus mampu menanamkan IQ, EQ dan
SQ bagi calon peserta didik atupun para peserta didik.
www.beasiswadataprint.com
(www.beasiswadataprint.com) dan (www.dataprint.co.id)
www.beasiswadataprint.com
(www.beasiswadataprint.com) dan (www.dataprint.co.id)